Tantangan industri otomotif selalu dinamis termasuk tantangan bagi pengembangan produk otomotif nol emisi.
Peralihan kendaraan berbahan bakar fosil menjadi kendaraan listrik bahkan hidrogen diperkirakan akan meningkatkan persaingan di antara pelaku industri otomotif.
Pelaku industri otomotif harus berlomba-lomba mengembangkan pembaharuan teknologi nol emisi yang tentu juga menguras keuangan perusahaan.
Martin Daum, CEO Daimler Truck, mengatakan, saat ini yang menjadi tantangan pada saat ini ada soal anggaran untuk pengembangan truk listrik.
Tantangan pertama adalah kendaraan komersial listrik sangat membutuhkan daya baterai yang besar.
“Sehingga harga truk listrik jauh lebih mahal daripada truk yang memakai bahan bakar fosil,” kata Daum seperti mengutip dari CNBC.

Akan tetapi, kata Daum, biaya pengembangan truk listrik bisa berkurang jika ada isentif yang besar bagi truk listrik dan bagi truk yang masih memakai bahan bakar fosil dikenakan biaya yang lebih mahal.
Meski demikian, kata Daum, industri otomotif khususnya truk langsung berubah menjadi kendaraan komersial nol emisi.
Bahkan Daimler sudah memiliki rencana untuk kendaraan listrik nol emisi dengan target penjualan hingga 60 persen pada tahun 2030.
Dalam jangka panjang, elektrifikasi truk semakin memiliki tantangan yang berbeda dan unik.
Global EV Outlook Badan Energi Internasional 2021 menyebutkan bahwa truk listrik untuk perjalanan jarak jauh membutuhkan teknologi canggih pengisian daya tinggi dan baterai besar.
Oleh karena itu, Daimler Truck fokus pada teknologi nol emisi dan siap bersaing dengan Tesla dan Geely yang sama-sama mengembangkan truk listrik.
Daum menyatakan, bahwa Daimler Truck adalah pelopor truk listrik.
“Kami menyampaikan, kami tidak mengumumkan … kami baru saja meluncurkan truk listrik kami di Eropa, eActros, beberapa minggu yang lalu,” katanya.
“Tapi itu adalah peluncuran, bukan pengumuman.”

Daimler Truck akan terus melakukan evaluasi teknologi yang digunakan maupun pengembangan teknologi truk listrik.
Selain itu, Daimler Truck juga akan fokus pada kendaraan yang memakai bahan hidrogen.
Hidrogen ini juga diperhatikan oleh Daimler Truck selain truk listrik untuk menjawab bahwa kedua teknologi akan terus dipakai dan berkembang.
Bahkan sudah memiliki target soal stasiun pengisian listrik sebanyak 150 stasiun dan 5.000 truk dengan teknologi hidrogen pada tahun 2030.
“Kami pergi untuk keduanya karena keduanya … Masuk akal. Meski kedua teknologi itu berbeda dengan skenario yang berbeda,” katanya.

Secara umum, kata Daum, jika Anda pergi ke pengiriman kota di mana Anda membutuhkan jumlah energi yang lebih rendah di sana, Anda dapat mengisi daya semalam di depot, dan itu pasti menggunakan baterai listrik.
“Tapi saat Anda berada di jalan, saat Anda pergi dari Stockholm ke Barcelona. Menurut pendapat saya, Anda membutuhkan sesuatu yang dapat Anda angkut dengan lebih baik dan di mana Anda dapat mengisi bahan bakar dengan lebih baik dan itu pada akhirnya adalah hidrogen.
Bagi Daimler, kata Daum, terlalu berisiko jika perusahaan seperti kami hanya memakai satu teknologi saja.